Pagi-pagi Nova sudah membangunkan Vano adiknya. “Vano… Vano… ayo bangun, kita lari pagi yuk!” Vano dengan malas membuka matanya dan sambil menguap berkata “huaah… ada apah sih kak, pagi-pagi dah rebut, ini kan hari libur!”
“Ayo bangun, kita lari pagi mumpung cuacanya cerah!’ kata Nova sambil menarik tangan Vano supaya mau bangun. “Lari pagi? Ah… kakak, Vano masih ngantuk”, ucap Vani sambil mengucek-ucek matanya.
“Makanya ayo olahraga biar nggak ngantuk lagi biar segar, katanya kamu pengen sehat!” buju Nova semangat. “Ya… ya…sebentar aku ke kamar mandi dulu mau gosok gigi dan cuci muka”, kata Vano sambil beranjak dari tempat tidur. “Tapi Vano, rapikan dulu tempat tidurmu!” kata Nova mengingatkan Vano. “Tolong kakak aja yang merapikannya, kakak kan baik, he… he…” jawab Vano lalu bergegas ke kamar mandi. “Huh dasar adik yang manja”, gumam Nova sambil merapikan tempat tidur Vano. Kemudian mereka berdua berpamitan kepada ayah dan ibu untuk pergi lari pagi.
Setelah beberapa saat mereka berlari, mereka bermaksud untuk beristirahat di pinggir jembatan. Di bawah jembatan itu mengalirlah aliran sungai yang jernih. Di pinggir jembatan itu ada sebuah pohon yang rindang, disitulah mereka berdua beristirahat. Tiba-tiba Vano berteriak, “Hey… jangan buang sampah ke sungai!” seketika Nova menoleh kea rah Vano meneriaki seseorang , lalu mereka berdua menghampiri anak yang membuang bungkus makanannya ke sungai. Anak tersebut menatap Nova dan Vano heran. “Kenapa aku dilarang buang sampah ke sungai, memangnya itu sungai nenekmu?” kata anak tersebut sewot.
“Bukan begitu maksud Vano, teman! Maaf kalau adikku Vano ini menegurmu kurang sopan, tapi maksud adikku baik, dia mengingatkan bahwa membuang sampah ke sungai itu memang tidak baik nanti bisa mengakibatkan banjir!” jawab Nova panjang lebar berharap anak tersebut mengerti. “Hah… masa Cuma gara-gara aku buang sampah satu bungkus saja bisa banjir? Ada-ada saja kalian ini”, ujar anak tersebut tetap menyangkalnya.
Tiba-tiba datang Pak Udin, beliau mantra kesehatan di puskesmas tempat kami. Beliau pun menghampiri mereka. “Ada apa ini pagi-pagi kok rebut, bukannya kalian sedang olahraga?” tanya Pak Udin. “Eh, ada Pak Udin… selamat pagi Pak udin?” kata Nova sambil bersalaman dengan Pak Udin begitu juga Vano dan anak tersebut juga memberi salam kepada Pak Udin.
“Ini Pak, saya tadi dilarang sama mereka untuk tidak buang sampah ke sungai, memangnya itu sungai mereka kok seenaknya melarang orang lain berbuat sesuka hati, saya kan tidak merugikan mereka”, begitu anak tersebut menjelaskan. Pak Udin tersenyum dan berkata, “ Nak, maksud Nova dan Vano itu baik, mereka hanya mengingatkanmu, coba bayangkan kalau semua orang berfikir sama sepertimu, membuang sampah sedikit ini ke sungai tidak apa-apa, padahal karena yang sedikit-sedikit inilah yang lama kelamaan menumpuk dan menjadi banyak sehingga menyumbat saluran air dan bisa menyebabkan banjir, karena air sunagi yang tidak bisa mengalir dan meluap”, lalu pak Udin meneruskan kembali kata-katanya sambil menunjuk orang-orang yang berada di ujung aliran sungai. “Coba kalian lihat itu, banyak warga kerja bakti membersihakn saluarn sungai ini, mereka dengan suka rela membersihkannya karena mereka sadar akan bahaya banjir. Dan lagi jika banyak sampah yang menumpuk dan membusuk itu juga menyebabkan polusi udara, banyak kuman dan bibit penyakit disana, lalu lalat-lalat hinggap di sampah kemudian menyebarkan bibit-bibit penyakit itu ke makanan-makanan yang tidak dijaga kebersihannya dan tidak ditutupi, lalu kalian memakannya sehingga menyebabkan kalian sakit perut, diare, typus, muntaber dan lain-lain. “Ooh… begitu ya Pak, maaf kalau selama ini saya kurang mengerti”, kata anak tersebut dengan malu. “Mulai sekarang kalian berjanji untuk tidak buang sampah sembarangan!” kata Pak Udin.
“Ayo sekarang kita bermaaf-maafan ya!” pinta pak udin kepada mereka bertiga. “Nova, Vano maafkan saya yak arena salah paham dengan maksud kalian”, kata anak tersebut sambil berjabat tangan dengan Nova dan Vano. “Iya, sama-sama aku juga minta maaf karena menegurmu dengan tidak sopan”, kata Vano sambil membalas jabat tangannya. “Gimana kalau kita sekarang membantu kerja bakti itu supaya sungai kita ini bersih!” kata Nova mengajak kedua temannya tersebut. “Wah bagus, Nova… bapak bangga dengan sikapmu, ya sudah kalian boleh membantu mereka dan untuk kerja keras kalian nanti Bapak akan belikan es krim tapi ingat sebelum makan es krimnya, kalian harus cuci tangan dulu ya!” kata pak udin dengan gembira. “Horee…terima kasih, Pak Udin!” teriak mereka bertiga. Kemudian mereka pun bergegas menuju tempat kerja bakti, mereka dengan semangat membantunya. Mereka sadar akan akibat membuang sampah sembarangan.
Pesan Moral : Buanglah Sampah pada tempat sampah.
Cerita oleh Benni Susilowati
Ilustrasi Gambar id.pinterest.com